Загрузка...

Lagi-Lagi Malaysia usulkan Bahasa Melayu untuk jadi bahasa kedua ASEAN. Bebal banget dibilangin

Bahasa Melayu Jadi Bahasa Asean. Ismail Sabri : “Amerika saja tidak menamakan bahasa amerika, jadi indonesia seharusnya begitu.”

—-

Lagi-Lagi Malaysia usulkan Bahasa Melayu untuk jadi bahasa kedua ASEAN. Bebal banget dibilangin.



Hallo guys selamat datang di informasi. kali ini kita akan membahas tentang di Sidang ASEAN 2025, mantan Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, kembali mengusulkan agar Bahasa Melayu dijadikan bahasa kedua ASEAN. Ia menegaskan bahwa usaha Malaysia untuk memartabatkan Bahasa Melayu perlu dimaksimalkan di tingkat regional. Sabri bahkan mencontohkan bahwa negara-negara seperti Kanada, Australia, dan Selandia Baru menggunakan bahasa Inggris tanpa memperdebatkan asal-usulnya dari Amerika. Ia menilai langkah serupa seharusnya bisa diterapkan di Asia Tenggara, dengan Bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu kawasan.
Namun, pernyataan itu kembali memunculkan polemik lama antara Malaysia dan Indonesia. Sejak Indonesia berhasil menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ke-7 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), isu keserumpunan antara Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia kembali ramai diperbincangkan — dan kini muncul lagi di forum ASEAN.
Secara historis, Bahasa Indonesia memang berakar dari Bahasa Melayu Riau. Namun, sejak diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada 28 Oktober 1928 lewat Sumpah Pemuda, Bahasa Indonesia tumbuh menjadi sistem bahasa yang mandiri. Ia mengalami pengayaan besar-besaran dari berbagai bahasa daerah, Sansekerta, Belanda, hingga Inggris. Dalam prosesnya, Bahasa Indonesia menjadi wadah identitas nasional yang merepresentasikan keragaman budaya dan sejarah Indonesia.
Pakar bahasa, Prof. Dr. E. Aminudin Aziz, pernah menegaskan bahwa walaupun Bahasa Indonesia berakar dari Bahasa Melayu, keduanya kini sudah berbeda secara struktur, ejaan, dan fungsi sosial. Dengan demikian, Bahasa Melayu bagi Indonesia adalah bahasa daerah, bukan bahasa nasional.
Usulan Ismail Sabri agar ASEAN mengangkat Bahasa Melayu sebagai bahasa kedua sebenarnya terlihat mulia di permukaan: memperkuat jati diri regional dan melestarikan warisan budaya serumpun. Namun, di balik itu terselip dimensi politik dan simbolik yang sensitif.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penutur terbesar bahasa serumpun—lebih dari 200 juta orang. Maka, ketika Malaysia mengusulkan istilah “Bahasa Melayu” tanpa mengakomodasi perbedaan politik-linguistik, hal itu bisa dianggap mengabaikan eksistensi Bahasa Indonesia sebagai bahasa berdaulat. Apalagi, Indonesia telah secara sah menginternasionalisasi Bahasa Indonesia melalui pengakuan PBB, UNESCO, dan program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) di puluhan negara.
Dalam konteks ini, Indonesia tidak menolak akar sejarah yang sama, namun tegas menolak narasi yang berpotensi mengaburkan identitas nasional. Mengganti atau menyamakan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu berarti menghapus martabat dan kedaulatan linguistik bangsa Indonesia. Sikap Indonesia selama ini justru menunjukkan kedewasaan diplomatik: mengakui akar Melayu, namun berdiri tegak dengan identitas Bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan nasional.

Видео Lagi-Lagi Malaysia usulkan Bahasa Melayu untuk jadi bahasa kedua ASEAN. Bebal banget dibilangin канала INformasi
Яндекс.Метрика
Все заметки Новая заметка Страницу в заметки
Страницу в закладки Мои закладки
На информационно-развлекательном портале SALDA.WS применяются cookie-файлы. Нажимая кнопку Принять, вы подтверждаете свое согласие на их использование.
О CookiesНапомнить позжеПринять