Загрузка страницы

VIDEO LENGKAP TOLAK FDS, PEMERINTAH DITUDING KHIANATI KIAI

Rembang – Lebih dari 10 ribu orang warga Nahdlatul Ulama di kabupaten Rembang menggelar aksi menolak kebijakan 5 hari sekolah yang digulirkan oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Rabu sore (30 Agustus 2017).

Massa mengawali aksi dengan berjalan kaki dari kantor Nahdlatul Ulama menuju Alun – Alun Rembang berjarak sekira 3 kilo meter. Mereka membentangkan cukup banyak poster bernada penolakan terhadap program 5 hari sekolah atau sering disebut full day school (FDS). Begitu sampai Alun – Alun, sejumlah tokoh bergantian menggelar orasi, persis di depan Masjid Agung Rembang. Setelah itu massa berdo’a supaya pemerintah tergugah, membatalkan 5 hari sekolah.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Rembang, Sunarto menyatakan saat negara Indonesia dalam keadaan gawat, pemerintah sering meminta bantuan kiai. Namun sayang saat ini pemerintah seperti mengkhianati para kiai, dengan terbitnya ketentuan 5 hari sekolah. Ia beralasan kiai mendidik karakter anak melalui madrasah dan mengaji pada sore hari.

“Ibaratnya merupakan tanaman yang dirawat oleh para kiai. Meski selama ini tidak dibiayai pemerintah, madrasah maupun pondok pesantren tetap jalan. Begitu keluar kebijakan 5 hari sekolah, tanaman tersebut dibuldoser oleh pemerintah. Banyak santri merangkap kalau pagi sekolah pendidikan formal dan sorenya mengaji di pondok pesantren. Apa nggak terganggu kalau pulangnya sampai sore. Yang namanya pendidikan karakter ya di madrasah, di pesantren. Di luar itu, omong kosong, “ kata Sunarto dengan nada tinggi.

Ketua DPRD kabupaten Rembang, Majid Kamil turut menemui peserta aksi. Gus Kamil, demikian ia biasa dipanggil mengungkapkan siswa bukanlah robot yang harus terus menerus menerima pelajaran sampai sore. Selain itu, dengan 5 hari sekolah, siswa libur hari Sabtu dan Minggu. Libur lebih lama, sama saja menimbulkan kerawanan kenakalan remaja meningkat.

“Lagian kalau 2 hari libur, ya arep ngopo. Apa 2 hari itu untuk mengaji, kan nggak mungkin juga. Kami siap menyampaikan aspirasi warga di kabupaten Rembang kepada Fraksi PPP di DPR pusat, agar mereka mendesak pemerintah. Muda – mudahan bisa gol, “ ujar Gus Kamil.

Sementara itu, Bupati Rembang, Abdul Hafidz menegaskan Pemerintah Kabupaten Rembang secara resmi membuat surat tertulis, menolak kebijakan 5 hari sekolah. Ia bahkan menandatangani surat tersebut di hadapan massa. Surat selanjutnya akan ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah dan Presiden Joko Widodo.

“Ada 3 pertimbangan kenapa pemerintah Kabupaten Rembang menolak. Diantaranya, jarak antara rumah siswa dengan sekolah di pelosok pedesaan cukup jauh. Padahal belum semua wilayah dilayani sarana transportasi umum. Pertimbangan kedua, menambah beban orang tua, karena mesti memberikan uang saku lebih banyak. Dari yang semula Rp 3 ribu, kemungkinan jadi Rp 10 ribu kalau pulangnya sampai sore. Ekonomi masyarakat di pedesaan pas – pasan, bisa jual sawah kalau seperti itu. Yang terakhir, full day school dapat menghancurkan pondok pesantren, madrasah diniyah dan TPQ. Di kabupaten Rembang terdapat 1.400 TPQ, 860 Madarasah Diniyah dan 100 lebih pondok pesantren. Matinya saya belum tahu, namun yang pasti akan wallahualam, “ ungkap Bupati.

Bupati kemudian mengajak massa untuk bersama sama membaca surat Alfatihah, agar program 5 hari sekolah dihentikan dan pemerintah mengembalikan 6 hari sekolah seperti yang berjalan selama ini. Kebetulan tanggal 10 September mendatang, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo akan datang ke Rembang. Ia berjanji menyampaikan aspirasi masyarakatnya kepada sang Gubernur. Mengingat pengelolaan SMA dan SMK, sekarang dipegang Pemerintah Provinsi. Seusai berdo’a, peserta aksi dari 14 kecamatan akhirnya membubarkan diri. (MJ – 81).

Видео VIDEO LENGKAP TOLAK FDS, PEMERINTAH DITUDING KHIANATI KIAI канала Musyafa Musa
Показать
Комментарии отсутствуют
Введите заголовок:

Введите адрес ссылки:

Введите адрес видео с YouTube:

Зарегистрируйтесь или войдите с
Информация о видео
31 августа 2017 г. 14:51:17
00:06:26
Яндекс.Метрика