Загрузка страницы

Perempuan Pemanah Berkuda Indonesia

Perempuan di Garis Depan
Oleh: Irvan Setiawan Mappaseng
(Dewan Pengawas KPBI)

Di zaman dahulu ketika aturan sosial kemasyarakatan di zaman kejayaan peradaban Islam segitu terang-benderangnya sehingga harkat martabat kehormatan perempuan terjaga dengan sempurna, dari rahim peradaban Islam lahir para perempuan mulia yang mampu berkontribusi riil dalam berbagai bidang kehidupan.

Sejarah mencatat nama-nama seperti: Asy-Syifa binti Abdullah Al Adawiyah rodhiyallahu'anha, seorang pendidik yang mahir membaca dan menulis, seorang dokter dan administrator handal yang dipercaya oleh Khalifah Umar bin Al-Khaththab rodhiyallahu'anhu dalam berbagai urusan; Rufaydah binti Sa'ad Al Aslamiyah rodhiyallahu'anha, seorang dokter pelopor rumah sakit lapangan untuk kepentingan militer yang mendukung berbagai ekspedisi militer Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam; Lalu tersebutlah berbagai ksatria perempuan yang memiliki andil dalam mendidik para ksatria dan berperan langsung di medan laga, seperti: Shaffiyah binti Abdul-Muththalib ra. yang mendidik anaknya Az-Zubayr bin Al Awwam ra. menjadi ksatria paripurna; Al-Khansa ra. yang mendidik 4 ksatria dan selalu mendukungnya di garis belakang; Ummu Haram An-Najjariyah ra. yang berperan langsung dalam ekspedisi laut; Nusaybah binti Ka'ab ra. yang melindungi Rasulullah di peristiwa Uhud; Khaulah binti Al-Azwar sang ksatria berkuda hitam.

Di zaman-zaman setelahnya, tradisi ksatria perempuan dengan latar belakang kalangan bangsawan menyebar di berbagai kesultanan Islam di seluruh dunia. Hingga mampu menguasai keahlian-keahlian tingkat tinggi seperti seni memanah berkuda, menggunakan senjata api sampai memimpin armada laut.

Di zaman Utsmani ada perkumpulan pemanah perempuan yang juga mahir memanah berkuda bernama Baciyan-i Rum, di zaman Mughal ada dua ksatria perempuan terkenal putri sultan bernama Shad Begum dan Mihr-angez Begum yang biasa ikut dalam barisan pemanah berkuda. Di Indonesia terdapat Laksamana Keumalahayati dari Kesultanan Aceh yang bersama armadanya memukul mundur armada Cornelis de Houtman. Dan di Jawa ada prajurit estri Mangkunegaran yang ahli dalam memanah, berkuda, menembakkan senjata api dan meriam, hingga keahlian kesatria lainnya.

Bentang sejarah ini menunjukkan bahwa ksatria perempuan memiliki kontribusi besar dalam perkembangan peradaban Islam. Namun kontribusi terbesarnya atas keahlian yang mereka miliki adalah terjaganya martabat, kehormatan dan tingginya derajat perempuan sebagai makhluk yang penuh kemulyaan.

Video: Cadet Putri Pemanah Berkuda KPBI/IHASA
#ihasa
#kpbi
#whaf

Видео Perempuan Pemanah Berkuda Indonesia канала ArsaWening CHANNEL
Показать
Комментарии отсутствуют
Введите заголовок:

Введите адрес ссылки:

Введите адрес видео с YouTube:

Зарегистрируйтесь или войдите с
Информация о видео
4 июля 2020 г. 13:05:30
00:02:36
Яндекс.Метрика