Etika AI dalam Jurnalisme: Sudahkah Cukup? #AIinJournalism #JournalismEthics #AIethics #MediaBias
Support: https://saweria.co/DigitalTrends
Source : https://sfl.gl/SK2HLwOk
Apakah Jurnalis Melewatkan Percakapan Etika dalam Penggunaan AI?Gambaran UmumPenggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam jurnalisme berkembang pesat, mulai dari transkripsi wawancara, penerjemahan artikel, hingga penulisan laporan cuaca atau ekonomi secara otomatis. Namun, seiring laju adopsi teknologi ini, diskusi mendalam tentang etika penggunaannya justru tertinggal jauh di belakang1.Temuan Utama dari RisetLiterasi AI Tidak Merata: Pengetahuan tentang AI di kalangan jurnalis sangat bervariasi, bahkan dalam satu redaksi yang sama. Tidak ada kesepakatan jelas mengenai di titik mana keterlibatan manusia wajib dalam proses produksi berita yang melibatkan AI-apakah saat pemrograman, sebelum publikasi, atau setelahnya1.Ketiadaan Aturan Baku: Banyak jurnalis merasa telah mengikuti praktik profesional dan standar industri, tetapi tidak ada “buku aturan” yang disepakati bersama tentang bagaimana AI seharusnya digunakan secara etis dalam jurnalisme1.Kurangnya Transparansi: Ada masalah transparansi, baik di antara sesama jurnalis dalam satu redaksi maupun kepada publik. Banyak organisasi berita belum secara terbuka mengungkapkan kapan dan bagaimana AI digunakan dalam pembuatan konten yang mereka sajikan15.Etika Berdasarkan Insting: Keputusan etis sering kali didasarkan pada “feeling” atau insting pribadi, bukan pada panduan atau diskusi kolektif. Banyak jurnalis tidak tahu apakah koleganya memegang standar etika yang sama dalam penggunaan AI1.Risiko dan TantanganPotensi Kesalahan dan Bias: AI dapat menghasilkan kesalahan, bias, atau bahkan konten yang menyesatkan jika tidak diawasi dengan ketat. Pengalaman di Kanada menunjukkan kasus nyata di mana AI salah mengucapkan nama tokoh penting atau menghasilkan polling yang tidak sensitif secara sosial, merusak reputasi media18.Kebutuhan Akan Transparansi: Studi menunjukkan bahwa audiens ingin tahu sejauh mana AI digunakan dalam proses produksi berita. Kurangnya transparansi dapat memperburuk krisis kepercayaan publik terhadap media15.Respons di IndonesiaDi Indonesia, Dewan Pers telah meluncurkan pedoman resmi yang mengatur penggunaan AI dalam jurnalisme. Pedoman ini menegaskan bahwa:AI hanya boleh menjadi alat bantu, bukan menggantikan peran manusia sepenuhnya.Setiap karya jurnalistik berbasis AI harus di bawah kontrol manusia dari awal hingga akhir.Media wajib transparan tentang penggunaan AI dan bertanggung jawab penuh atas produk jurnalistik yang dihasilkan.Informasi yang dihasilkan AI harus diverifikasi ulang untuk memastikan akurasi dan kebenarannya369.Pedoman ini juga melarang penggunaan AI untuk menghasilkan karya yang mengandung kebohongan, fitnah, diskriminasi, atau pelanggaran hak cipta. Selain itu, setiap personalisasi gambar atau suara berbasis AI yang menyerupai figur tertentu harus mendapat persetujuan dari individu terkait6.KesimpulanPercakapan etika tentang penggunaan AI dalam jurnalisme memang masih tertinggal, terutama di negara-negara yang belum memiliki pedoman baku. Banyak jurnalis masih mengandalkan insting pribadi dan belum ada konsensus atau transparansi yang memadai, baik di internal redaksi maupun kepada publik. Namun, di Indonesia, langkah Dewan Pers menerbitkan pedoman khusus merupakan upaya konkret untuk menutup celah etika ini dan memastikan bahwa penggunaan AI tetap berlandaskan prinsip-prinsip jurnalistik yang bertanggung jawab369.
#AIinJournalism #JournalismEthics #AIethics #MediaBias #ArtificialIntelligence #NewsReporting #MediaTransparency #AIandMedia #DigitalJournalism #ResponsibleAI
Видео Etika AI dalam Jurnalisme: Sudahkah Cukup? #AIinJournalism #JournalismEthics #AIethics #MediaBias канала Digital Trends Report
Source : https://sfl.gl/SK2HLwOk
Apakah Jurnalis Melewatkan Percakapan Etika dalam Penggunaan AI?Gambaran UmumPenggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam jurnalisme berkembang pesat, mulai dari transkripsi wawancara, penerjemahan artikel, hingga penulisan laporan cuaca atau ekonomi secara otomatis. Namun, seiring laju adopsi teknologi ini, diskusi mendalam tentang etika penggunaannya justru tertinggal jauh di belakang1.Temuan Utama dari RisetLiterasi AI Tidak Merata: Pengetahuan tentang AI di kalangan jurnalis sangat bervariasi, bahkan dalam satu redaksi yang sama. Tidak ada kesepakatan jelas mengenai di titik mana keterlibatan manusia wajib dalam proses produksi berita yang melibatkan AI-apakah saat pemrograman, sebelum publikasi, atau setelahnya1.Ketiadaan Aturan Baku: Banyak jurnalis merasa telah mengikuti praktik profesional dan standar industri, tetapi tidak ada “buku aturan” yang disepakati bersama tentang bagaimana AI seharusnya digunakan secara etis dalam jurnalisme1.Kurangnya Transparansi: Ada masalah transparansi, baik di antara sesama jurnalis dalam satu redaksi maupun kepada publik. Banyak organisasi berita belum secara terbuka mengungkapkan kapan dan bagaimana AI digunakan dalam pembuatan konten yang mereka sajikan15.Etika Berdasarkan Insting: Keputusan etis sering kali didasarkan pada “feeling” atau insting pribadi, bukan pada panduan atau diskusi kolektif. Banyak jurnalis tidak tahu apakah koleganya memegang standar etika yang sama dalam penggunaan AI1.Risiko dan TantanganPotensi Kesalahan dan Bias: AI dapat menghasilkan kesalahan, bias, atau bahkan konten yang menyesatkan jika tidak diawasi dengan ketat. Pengalaman di Kanada menunjukkan kasus nyata di mana AI salah mengucapkan nama tokoh penting atau menghasilkan polling yang tidak sensitif secara sosial, merusak reputasi media18.Kebutuhan Akan Transparansi: Studi menunjukkan bahwa audiens ingin tahu sejauh mana AI digunakan dalam proses produksi berita. Kurangnya transparansi dapat memperburuk krisis kepercayaan publik terhadap media15.Respons di IndonesiaDi Indonesia, Dewan Pers telah meluncurkan pedoman resmi yang mengatur penggunaan AI dalam jurnalisme. Pedoman ini menegaskan bahwa:AI hanya boleh menjadi alat bantu, bukan menggantikan peran manusia sepenuhnya.Setiap karya jurnalistik berbasis AI harus di bawah kontrol manusia dari awal hingga akhir.Media wajib transparan tentang penggunaan AI dan bertanggung jawab penuh atas produk jurnalistik yang dihasilkan.Informasi yang dihasilkan AI harus diverifikasi ulang untuk memastikan akurasi dan kebenarannya369.Pedoman ini juga melarang penggunaan AI untuk menghasilkan karya yang mengandung kebohongan, fitnah, diskriminasi, atau pelanggaran hak cipta. Selain itu, setiap personalisasi gambar atau suara berbasis AI yang menyerupai figur tertentu harus mendapat persetujuan dari individu terkait6.KesimpulanPercakapan etika tentang penggunaan AI dalam jurnalisme memang masih tertinggal, terutama di negara-negara yang belum memiliki pedoman baku. Banyak jurnalis masih mengandalkan insting pribadi dan belum ada konsensus atau transparansi yang memadai, baik di internal redaksi maupun kepada publik. Namun, di Indonesia, langkah Dewan Pers menerbitkan pedoman khusus merupakan upaya konkret untuk menutup celah etika ini dan memastikan bahwa penggunaan AI tetap berlandaskan prinsip-prinsip jurnalistik yang bertanggung jawab369.
#AIinJournalism #JournalismEthics #AIethics #MediaBias #ArtificialIntelligence #NewsReporting #MediaTransparency #AIandMedia #DigitalJournalism #ResponsibleAI
Видео Etika AI dalam Jurnalisme: Sudahkah Cukup? #AIinJournalism #JournalismEthics #AIethics #MediaBias канала Digital Trends Report
Комментарии отсутствуют
Информация о видео
15 мая 2025 г. 19:45:06
00:00:24
Другие видео канала