Cantiknya Putri Keraton Surakarta Tempo Dulu di Era Sunan Pakubuwono X tahun 1925

Dokumentasi kegiatan seni budaya di Keraton Surakarta Hadiningrat, sekitar tahun 1920-1925 semasa pemerintahan Sunan Pakubuwana X (susuhunan alias sunan Kasunanan Surakarta tahun 1893-1939; Pahlawan Nasional Republik Indonesia). Dibuka dengan tayangan sembilan penari atau abdidalem bedhaya yang sedang menari di Bangsal Maligi. Bedhaya merupakan bentuk tarian klasik Jawa yang dikembangkan di kalangan keraton dan pura Dinasti Mataram.

Tarian bedhaya biasanya merupakan hasil inspirasi raja mengenai suatu peristiwa tertentu yang disajikan dalam bentuk tari yang sangat stilistik. Bedhaya ditarikan secara gemulai dan meditatif, dengan iringan gamelan minimal di sebagian besar repertoarnya. Penari bedhaya berjumlah sembilan untuk bedhaya yang berasal dari Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, dan tujuh orang untuk bedhaya yang berasal dari Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman.

Tayangan selanjutnya adalah para putri Sunan Pakubuwana X yang sedang bersenda gurau dan berpose di hadapan kamera. Di antara putri-putri tersebut ialah GKR. Alit dan GRAj. Kusdinah (GRAy. Panembahan Bratadiningrat). Dari beberapa istrinya, Sunan Pakubuwana X memiliki lebih dari 60 orang putra dan putri; beberapa dari mereka menjadi tokoh yang berpengaruh di tingkat nasional, seperti KGPH. Hangabehi (pelindung Sarekat Islam dan anggota Budi Utomo; kelak naik takhta menjadi Sunan Pakubuwana XI), KGPH. Hadiwijaya (budayawan dan anggota Budi Utomo), GPH. Purbanagara (mayor jenderal TRI/TNI Angkatan Darat), GPH. Suryahamijaya (anggota PPKI dan ketua panitia Pekan Olah Raga Nasional ke-1), GPH. Jatikusuma (jenderal dan kepala staf TNI Angkatan Darat ke-1), dan GPH. Harya Mataram (brigadir jenderal TNI Angkatan Darat; rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta 1975-1978).

Ditayangkan pula fragmen dua orang abdidalem canthang balung (yang biasanya menjadi cucuk lampah atau pengawal gunungan yang dikirab ketika upacara grebeg) dan ketangkasan para penari wireng, yang menari di bawah rindangnya barisan pohon sawo kecik di halaman kompleks Kedhaton, Keraton Surakarta Hadiningrat.

Lokasi: Surakarta, Hindia Belanda (Indonesia)
Direktor: Tassilo Adam
Tahun: Circa 1920-1925
Musik: Gendhing Mianggong minggah Ladrang Surung Dhayung kalajengaken Ketawang Sumedhang Pl. 6 (Karaton Surakarta Hadiningrat)

*) Budaya Keraton Surakarta
https://www.youtube.com/playlist?list=PLYZoGnrmAyc9iflHWHIxYOmh7WqV3YNEL
*) Daerah Istimewa Surakarta - Tuduhan Pro Belanda dan Kesetiaannya kepada Republik Indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=EdbI0edGFBc

Видео Cantiknya Putri Keraton Surakarta Tempo Dulu di Era Sunan Pakubuwono X tahun 1925 канала Bimo K.A.