Загрузка страницы

PETILASAN KI AGENG MANGIR WONOBOYO BANTUL YOGYAKARTA BAGIAN PERTAMA

Petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo Bantul
Di daerah pinggiran sungai Progo yang ada di Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul,
Mangir dikenal masyarakat luas karena di dusun ini dulunya Ki Ageng Mangir, anak turun Raja Brawijaya V, menetap. Banyak cerita yang menyelimuti kebaradaan Ki Ageng Mangir.

Petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo merupakan situs petilasan salah satu keturunan Raja Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit yang bernama Ki Ageng Mangir. Beliau mengembara ke arah barat setelah keruntuhan Kerajaan Majapahit untuk kembali menempati daerah-daerah subur yang ditinggalkan oleh Kerajaan Mataram Kuno (Mataram Hindu). Beliau akhirnya tiba di daerah Mangir Bantul dan tinggal menetap bersama para pengikutnya. . Situs Petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo dibangun diatas tanah seluas 50 area di tengah-tengah area pemukiman penduduk dusun Mangir.

Dengan mengutip Babat Tanah Jawa dan Babat Mangir, penulis dalam situs tersebut menyebutkan bahwa tanah Mangir merupakan bumi perdikan dari kerajaan Majapahit pada era Brawijaya V. Pengelolaan bumi perdikan Mangir diserahkan kepada ki Ageng Mangir I (Pangeran Megatsari). Dalam Babat Tanah Jawa disebutkan baHwa ki Ageng Mangir I ini masih trah Brawijaya V. Setelah meninggal Ki Ageng Mangir I digantikan oleh Ki Ageng Mangir II (Raden Wonoboyo). Pada era inilah Islam masuk di Mangir dan Ki Ageng mangir II adalah seorang menganut ajaran Islam. Ini dibuktikan adanya catatan dalam Babad Mangir yang menjelaskan kesamaan budaya antara dusun Mangir dan kerajaan Demak Bintoro, yaitu kehidupan baru yang bersifat gotong-royong dan kepercayaan baru bersifat tauhid.

Setelah meninggal Ki Ageng Mangir II digantikan oleh putranya Ki Ageng Mangir Wonoboyo III atau Ki Ageng Mangir IV. Sosok inilah yang konflik dengan dengan raja Mataram, Panembahan Senopati. Ki Ageng Mangir IV atau Wonoboyo III adalah seorang muslim. Beliau juga merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga, yang diserahi tugas untuk berdakwah agama Islman. Beliau tidak mau takluk pada Mataram selain alasan politis karena merasa bumi Mangir adalah tanah leluhur yang tidak boleh diserahkan pada orang lain, karena mangir adalah tanah perdikan.

Keberadaan Desa Mangir dengan dipimpin oleh Kiageng mangir wonoboyo semakin lama semakin berkembang dengan baik dan semakin besar penduduknya, sikap beliau yang baik hati dan menyatu dengan rakyat membuat rakyat semakin segan dan mencintai pemimpinnya, hal tersebut mengusik Panembahan Senopati yang saat itu sebagai penguasa Mataram Islam, beliau khawatir akan keberadaan Desa Mangir tersebut mengancam kedaulatan Mataram, sehingga tersebar isu ki ageng mangir akan balelo atau memberontak terhadap kerajaan Mataram padahal ki ageng mangir sedikitpun tidak tertarik akan hal itu karena beliau lebih mendalami ilmu agama dan berdakwah agama.
Melihat perkembangan tersebut atas saran dari Ki Juru Martani diutuslah putrinya Retno pembayun untuk menyamar sebagai penari ledhek, dengan nama lara kasihan, karena di ketahui bahwa Ki Ageng Mangir menyukai kesenian ledek itu, Singkat cerita Ki Ageng Mangir tertarik akan kecantikan penari ledhek tersebut hingga menikah. Barulah dia tahu bahwa isterinya adalah putri dari Panembahan Senopati yang saat itu masih berseteru dengan dirinya. Sebagai seorang menantu secara adat jawa harus menunjukkan rasa baktinya orang tua dalam hal ini harus mengunjungi mertuanya sebagai rasa hormatnya menantu ke mertuanya.
Berbagai nasehat di berikan oleh kerabatnya bahwa itu adalah jebakan tidak diindahkan oleh ki ageng mangir, Ki Ageng Mangir sudah menyadari bahwa dia menghadap, sama halnya dengan menyerahkan nyawanya karena pada saat itu mataram masih berseteru dengan mangir. Karena rasa cintanya yang begitu besar pada isterinya ki ageng mangir tidak mengindahkan resiko tersebut. Ki Ageng Mangir dengan gagahnya menghadap ayah mertuanya sebagai rasa baktinya menantu kepada mertuanya di Kerajaan Mataram, sampai akhirnya terbunuhnya ki ageng mangir di kerajaan Mataram.

Jejak peninggalan Ki Ageng Mangir Wonoboyo terhitung masih minim karena hampir seluruh peninggalan berbentuk batu yang ditemukan berasal dari era Mataram Kuno atau Mataram Hindu. Ki Ageng Mangir hanya kembali menempati bekas lahan subur yang ditinggalkan kerajaan Mataram Kuno.

Masyarakat juga menghayati pesan moral dari legenda Ki Ageng Mangir Wonoboyo bahwa godaan perempuan berpotensi menyebabkan kejatuhan. Akan tetapi, masyarakat tetap menampakkan kekaguman. Oleh karena itu, mereka mengabadikan kisah pemimpin perdikan Mangir, yaitu Wonoboyo III dan Pembayun sebagai nama industri batik, industri kuliner gudeg manggar, dan nama jalan di Dusun Mangir.

#Tragedikiagengmangirwanabaya #Petilasan_KiAgengmangirwanabaya #wisata_jogja #pesona_Indonesia

Petilasan ki ageng mangir bagian kedua linkny https://youtu.be/h8gFeVwlk2Q
Sumber :
https://www.tribunnews.com/travel/2015/09/13/petilasan-ki-ageng-mangir-di-wonoboyo-bantul-semerbak-misteri-keturunan-raja-brawijaya?page=all

Видео PETILASAN KI AGENG MANGIR WONOBOYO BANTUL YOGYAKARTA BAGIAN PERTAMA канала bsa40
Показать
Комментарии отсутствуют
Введите заголовок:

Введите адрес ссылки:

Введите адрес видео с YouTube:

Зарегистрируйтесь или войдите с
Информация о видео
7 марта 2021 г. 17:00:04
00:12:08
Яндекс.Метрика