Загрузка страницы

Here We Go Again / Fanboi (Originally by Ardhito Pramono)

Here we go again, untuk kesekian kalinya, mengesampingkan pernyataan klise bahwa seorang musisi harus mempunyai album dengan banyak lagu, Ardhito Pramono lagi-lagi merilis mini album dengan lima lagu bernuansa unik. Craziest Thing Happened in My Backyard menjadi mini album ke empat Dhito yang rilis pada Februari 2020. Berisi lima lagu, yang berderet kompleks dengan pembawaan jazz Ardhito Promono yang berbeda-beda. Seakan memang dijadikan sebuah minialbum yang penuh dengan eksperimen dalam pembuatannya, Craziest Thing Happened in My Backyard lahir dengan musik dan eksplorasi audio yang belum pernah disajikan Dhito dikarya-karya sebelumnya. Trash Talkin' menggebrak dengan lirik, musik, dan konsep opening yang mengangkat pertunjukan musik di televisi pada tahun 60'an. Here We Go Again membawa nuansa musik yang menggembirakan dengan sound effect yang akan membawa kita seolah sedang menikmati savana di pinggiran Dataran Alpine.

Mengutip pernyataan Ardhito pada beberapa laman berita, mini album ini ternyata dilatar belakangi oleh momen-momen gila dan kelam di masa lalu yang tersimpan rapi di 'halaman belakang' seorang Ardhito Pramono. Selain itu, andilnya dua film panjang Midsommar dan Parasite juga ikut mengisi alasan Dhito ketika menulis beberapa part dilagu-lagunya dalam mini album ini. Mungkin, beberapa alasan itu yang kemudian menjadikan EP ini memiliki perbedaan karakter dalam tiap lagunya serta memilah sisi gelap yang tersebar dalam lima citra di tiap lagu.

Nomor Here We Go Again / Fanboi muncul sebagai lagu favorit saya. Menyajikan nuansa manis layaknya lagu cinta pada kisah roman di film-film lawas dengan cerita obsesi dalam mengagumi seseorang. Sebelum menyimak musik videonya, lagu ini hanya memberikan pengertian tentang bagaimana seseorang mampu menyikapi rasa suka tanpa memiliki kehendak lebih untuk mengungkapkan. Menjadikan rasa berada satu garis dengan seorang pengagum yang terhalang keberaniaannya untuk lebih egois dalam menyampaikan apa yang tengah dirasakan. Tertulis jelas bagaimana itu diungkapkan Dhito dalam lagu ini, tepat setelah kemeriahannya sirna meninggalkan satu bait di akhir. Kesendirian mengikis mereka-mereka yang tengelam terlalu liar dalam menghidupi kisah fantasi, bersembunyi dibalik gelagat tak ada rasa padahal yang tengah dicinta sedang ada di depan mata. Mereka yang hatinya dipaksakan mati sebab tau bahwa menjadi abadi denganmu adalah hal semu, yang fana adalah waktu, dan kita bagian dari itu.

Tepat setelah musik videonya rilis, pemikiran itu semakin liar sebab apa yang tersaji seperti melengkapi cerita dalam lagunya. Obsesi yang berlebihan membawa kita pada artian buruk dalam memiliki, entah seseorang ataupun sesuatu. Jelas dalam kasus ini, seseorang, lebih lengkapnya seseorang yang dicintai. Citra manis dalam lagu ini ikut luluh dalam kisah yang diadaptasikan menjadi musik video. Mengagumi dan memiliki akan selalu rentan pada batasan dalam merasa puas dan cukup. Perjuangan untuk bisa mendapatkan lambat laun akan mendorong setiap manusia untuk tidak bisa melepaskan. Jika salah diartikan, hati-hati dengan hati yang sudah terlampau jatuh dalam delusi.
_
Temukan saya di lain sosial media!
https://www.instagram.com/adhabuyung
https://www.instagram.com/kiarakelana
https://soundcloud.com/adha-buyung
https://twitter.com/AdhaBuyung

Contact me thru email!
adhabuyung@gmail.com

Видео Here We Go Again / Fanboi (Originally by Ardhito Pramono) канала Adha Buyung
Показать
Комментарии отсутствуют
Введите заголовок:

Введите адрес ссылки:

Введите адрес видео с YouTube:

Зарегистрируйтесь или войдите с
Информация о видео
18 апреля 2020 г. 8:00:14
00:03:44
Яндекс.Метрика